Ayah, lihatlah. Wah keren. Aku sudah bisa berenang. Tak terduga memang. Aku hanya berpikir, kenapa tidak kucoba meloncat ketengah sungai, kemudian berenang ke tepian. Menakjubkan. Aku jadi bisa dan lancar. Keberanian .... ah itu waktu aku masih kecil. Adakah keberanian itu lagi ? Wah kenapa aku ? Aku kan pernah melakukannya. Untuk berani, kenapa tidak sekarang ? Wahh wah ... aku harus bisa

Tiga kali mimpi buruk. Ketiga-tiganya tentang kematian. Kiamat. Tergambar dalam mimpiku, datangnya suatu bencana dimana diriku tidak akan selamat darinya, dan pasti mati. Aku takut. Aku sadar. Aku ingin insaf. Karena kutahu, kalau memang kematian itu datang padaku, aku belum siap. Sedih. Menangis. Berair Mata. Gentar. Takut. Sesal. Cinta. Getar.

Ingat lirik nasyid Raihan yang berjudul Damba CintaMu. Pagi KuInsaf Petang KuAlpa. Tapi itu masih bagus. Karena begitulah lumrahnya, naik turun. Tapi, aku ? Aku merasa lebih banyak mengalami penurunan. Kenapa ? Ah pertanyaan itu.

Aku belajar. Melihat sekeliling, menyentuh atmosfer sosial mana saja. Aku ingin hidup didalamnya. Mengarungi Samudera itu. Kuingini nikmati perenangan di laut cobaan ini. Bermain main air dengan penuh gembira. Memercikan-mercikan dengan isengnya, air cinta ke muka temanku. Berenang kesana kemari dengan berbagai gaya. Tenggelam dan muncul sambil memuncratkan air itu. Bayangan , hanya bayangan. Di sebuah kolam renang !

Aku hanya ingin cinta dan aku mau memberi cinta. Cintailah .. !