PENGHUJUNG TAHUN

-----------------------------



Mendung kelam kelabu

Malam gulita tiada bintang

Keruh sungai mengalir penuh sampah

Seperti tak akan kembali jernih



Begitulah

Bumi menyambut penghujung masehi

Ada duka yang dalam pada dirimu

Wahai alam ! Apakah kau menderita ?



Atau

Kau adalah cermin diriku dalam meniti hari ?

Kelabu diri oleh titik dosa sepanjang tahun

Noda aliran hidup dicemari sampah kehidupan



Wahai Allah

Alam muram karena ulah tak mengikuti fitrah-Mu

Diri terdzhalimi oleh polah jahiliyah

Nafsu membahana di muka bumi



Izinkan hamba berilmu

Tuk menyingkap awan putih

Tuk menata sungai kembali jernih

Sebelum hamba menutup mata



Kehidupan sungguh singkat

Ajalpun turut hampir di urat nadi







Ujung Berung, Desember Kelabu 2003

Seperti ditulis sederhana oleh : Abu Jidan

Aku melirik jam di dinding. Jarum panjangnya menunjuk ke angka 5 sedangkan jarum pendeknya di angka 12. Sudah jam 5, pikirku. Aku rencananya mau ke Salman, tapi hujan deras masih mengguyur di luar. Ah, aku tetap berbaring malas-malasan di atas kasur empuk. Sembari mengusili temanku Lukman yang lagi asyik nonton TV. Kadangkala tanganku usil bergerak ke arah pinggangnya dan membuat sontekan kecil agar dia geli. Dan jika dibuat begitu, ia pun akan membalas dengan hal yang sama. Karena itu, kami saling sigap dan siaga agar tidak keduluan kena.

Kadang kala juga aku dengan tiba-tiba menaiki pundaknya sambil bilang "Lukman, gendong Man !" Oit .. Lukman malah membalas dengan mengarahkan jarinya kepinggangku, tentu saja aku segera mengelak. Aku paling tidak tahan kalau kena gelitik, makanya aku secara otomatis mengelak kalau mau digelitiki.

Erm, hatiku kembali membatin. Kayaknya aku pergi saja deh ke Salman, untuk mengikuti pertemuan rutin Forum Lingkar Pena Bandung, hatiku berkata. Aku segera bangkit dari kasur, merapikan diri dan bersiap untuk keluar.

"Man, daku cabut dolowww .. jaga rumah Say !" teriakku dari pintu seraya buru-buru menuju ke jalanan yang basah karena hujan.

Beberapa menit kemudian aku sudah berada depan Rumah Sakit Boromeus, jaketku basah kuyup oleh hujan. Aku berlari-lari kecil menuju ke Salman. Huuu basah banget.

Aku menuju Ruang Abu Bakar yang dibilang oleh Teny sebagai tempat pertemuan hari itu. Ternyata kosong. Aku menuju koridor timur Salman. Disana aku mencari-cari sosok siapa saja yang bisa kukenali sebagai anggota FLP Bandung. Gotcha. Ada kang Taufik dan Teh Mia dan beberapa peserta lomba cerpen yang mau mengumpulkan karyanya.

Aku langsung nimbrung, mengucapkan salam dan menyalami Kang Taufik atau yang lebih sering dipanggil Kang Ofik. Kami berbasa-basi dan ngobrol-ngobrol berbagai hal.

"Ayo, siapa yang ada cerita, ayo bercerita" begitulah kira kira kata Kang Ofik

"Erm, sok atuh Kang Ofik cerita"

Lalu meluncurlah cerita darinya ........

TAUBAT

==========================

(Masih tulisan sederhana di penghujung Tahun 2003)





DEMI WAKTU

YANG BERDIRI DIBELAKANG DENGAN SIA-SIA

INGAT MASA JAHIL TIADA BERMAKNA

INGAT RAGA BERLUMPUR DOSA



DUHAI NAFSU

YG SELALU MENJADI RAJA DALAM JIWA

MENGUBUR FITRAH HAMBA YG HAK

TUBUH SEMPURNA LAYAK HEWANI



DEMI WAKTU

KU HARUS MENGEJAR HUDA YG MELAYANG-LAYANG

WALAU BEGITU SULIT TERBANG

TETAP KUKERAHKAN TENAGA TERDALAM TUK BERJUANG



PERLAHAN TAPI PASTI

JALAN MULAI MEMBENTANG

USAI BULIR-BULIR AIR MATA SESAL TERCURAH

TERSIRAM DI PENGHUJUNG MALAM



WAHAI YANG MAHA KHALIK

KU TAHU LEWAT KALAM-MU

KAU CINTA BERAT PADA HAMBA YG BERTAUBAT

SUNGGUH KU SUNGGUH-SUNGGUH BERTAUBAT !!!



Oleh : Abu Jidan

Hambar

kebakaran di suatu kampung
kesemua orang pada bingung
kabarnya itu dekat rumahku
rasa cemas selimuti hatiku

kutak bisa lewat jalan itu
dekat dengan kebakaran itu
aku takut pulang sendirian
tapi untung saja ada teman

teman teman nganterin aku
aduh betapa senang hatiku
ada yang mau bantuin daku
timbul rasa haru dihatiku

kejadian itu
14 tahun lalu
kuingat lagi
bagai mimpi
-------------------

Terbalik

ayah, kenapa kau marahi aku
aku tak pernah memarahimu
ayah, kenapa kau melarang aku
aku kan nggak pernah melarangmu
ayah, kenapa kau pukul aku
aku tak pernah memukulmu

aku masih kecil ayahku
cintai aku, sayangi aku
ayahku, kesini dekat aku

------------------------
Awas Kelelep

ceritanya aku belajar berenang
dipinggir sungai kecil di palembang
bolak balik dari tiang ketiang

keciplak-cipluk ke tiang pertama
lalu balik lagi ke tiang lainnya
begitu bolak balik sampai lama
yah begitu aja latihannya

hingga tiba suatu saat
aku pun merasa nekat
dari pinggir aku loncat
ke tengah sungai dengan melesat
lalu berenang dengan cepat

wah hebat
langsung bisa
itu karena nekat
aku dapat pelajaran berharga
mau hebat harus nekat

*dibuat oleh aku biar jelek tetap cuek

tgl 10 Desember 2003

Hambar

kebakaran di suatu kampung
kesemua orang pada bingung
kabarnya itu dekat rumahku
rasa cemas selimuti hatiku

kutak bisa lewat jalan itu
dekat dengan kebakaran itu
aku takut pulang sendirian
tapi untung saja ada teman

teman teman nganterin aku
aduh betapa senang hatiku
ada yang mau bantuin daku
timbul rasa haru dihatiku

kejadian itu
14 tahun lalu
kuingat lagi
bagai mimpi

Terbalik

ayah, kenapa kau marahi aku
aku tak pernah memarahimu
ayah, kenapa kau melarang aku
aku kan nggak pernah melarangmu
ayah, kenapa kau pukul aku
aku tak pernah memukulmu

aku masih kecil ayahku
cintai aku, sayangi aku
ayahku, kesini dekat aku

Awas Kelelep

ceritanya aku belajar berenang
dipinggir sungai kecil di palembang
bolak balik dari tiang ketiang

keciplak-cipluk ke tiang pertama
lalu balik lagi ke tiang lainnya
begitu bolak balik sampai lama
yah begitu aja latihannya

hingga tiba suatu saat
aku pun merasa nekat
dari pinggir aku loncat
ke tengah sungai dengan melesat
lalu berenang dengan cepat

wah hebat
langsung bisa
itu karena nekat
aku dapat pelajaran berharga
mau hebat harus nekat

*dibuat oleh aku biar jelek tetap cuek

tgl 10 Desember 2003

ini jalan dakwah ku .....