ah cemburu .... cemburu itu berarti cinta ..
berapa kali aku pernah cemburu ya bib ? yg jelas pernah ... aduh jadi malu
tapi aku kadang harus siap untuk menerima dan tabah jika cintaku bertepuk sebelah tangan. Karena bagian dari perjuangan mendapatkan cinta ...

oh iya ... tentang kemarin malam .. aku mencoba untuk menumbuhkan cinta.. for someone .. kucoba kudesak agar ia muncul ... but ... tapi ada yg menghambatnya. aduh kenapa ? tapi cinta tak selalu dekat kan ? ... ah andai ia tahu ...

eh iya bib .. kemaren si akang menelepon. eh seneng juga. yah .. paling tidak ada yang merhatiin aku di kampung orang .. iya nggak ? kapan lageee..

kalo yg itu ... psst itu mah rahsia ... udah ah cacao

Kutatap wallpaper di monitorku. Aku tersenyum. Sebuah keluarga. Sepasang suami isteri yang sedang mengendong seorang anak yang lucu. Hmmm, bayangku melambung jauh.


Hai Rino

Apa kabarmu hari ini ?
Telah lama aku merinduimu
Menantimu untuk kembali

Hai Rino
Masih ingatkah kau kisah lama
saat saat indah kita bersama
kau dan aku berbagi suka dan duka
menjalin cinta yang penuh rasa

hai Rino
masih ingatkah kejadian-kejadian itu

Rino, kau membangkitkan kenangan masa silamku ...
Rino, sebutan itu bernilai sangat majis. Mampu menyentuh rasa yang tak tahu aku sebut apa. Sebuah rasa yang aneh. Rino, .. mataku terpejam, memori memori lama seakan berkelebat cepat, masuk dan keluar dari otakku. Rino, kau disebut, membangkitkan rasa kasih sayang. Rino, dimana kau ? Rino, kecerdasanmu, rino kejujuranmu, kemanjaanmu. Rino tekadmu. Rino, kemana kau rino. Kembali, kembali padaku Rino. Rino kau terjebak di suatu malam. Rino, kau ceria di suatu malam. Rino kau lewati lorong gelap dengan berlari. rino, kau kehilangan sandalmu. Rino, kau gigit temanmu. Rino, kau nakal, kau nakal. Salurkan rasa imajinatifmu. Jadilah dirimu. Rino, telah lama kau aku sembunyikan kamu.

Pukul 01.30 siang. Ah, ada rasa malas yang menyergapku. Merayuku untuk terus berbaring dan menutup mata di atas kasur empuk kesayangang. Lagipula rasa pusing di kepala dan rasa sedikit panas dingin yang menyelimuti sekujur tubuh juga seakan makin menggodaku untuk tidak pergi ke Cimindi. Tapi, rasa ketidakenakan bila tak datang ke acara itu memaksaku agar bangkit.

Ah, kadang kalau sudah begini aku memikirkan hal-hal yang menyenangkan bila pergi kesana. Yah, supaya membangkitkan semangatku. Seperti, di sana nanti aku bisa berjumpa dengan teman-teman FNI yang ceria, bisa silaturahmi bareng Mupla dan BPM Singers, bisa nonton aksi mereka, bisa makan gratis, dan ah barangkali Kang Roni dateng. Cihui.

Aku loncat dari atas kasur dengan segera, kutarik handuk merah yang tergantung di pintu kamar, dan masuk ke studio latihan nyanyiku, alias kamar mandi.

Beberapa menit kemudian aku sudah siap dan rapih. Dengan Baju dan celana panjang yang baru saja dicuci kemaren, pake deodorant yang anti keringat, pake minyak wangi anti alkoholnya Teddy, plus minyak rambut Gatsby yang bisa mengeraskan rambut. Klop, rapih, cakep deh. Kataku pada diri sendiri saat bergaya ala model di depan kaca, sambil senyum-senyum --yang manis-- sendiri. Siip. Siap berangkat nih.

Macet. Ah, aku merasa kesel dengan kemacetan ini, hatiku membatin saat sudah didalam angkot. Kuhabiskan waktu di dalam angkot dengan membaca buku saja. Tapi, kepalaku makin terasa pusing, dan meriang semakin terasa. Kurebahkan kepala dipunggung kursi angkot. Beruntung dapat kursi depan, jadi bisa malas-malasan untuk sekadar menutup mata.

Akhirnya, sampai juga di muka Jalan Budhi, tempat akan berlangsungnya acara "Buka Shaum Ceria bersama Anak-anak Yatim" gawean Majelis Taklim Harmoni dibantu Forum Silaturahmi Mupla dan Forum Nasyid Indonesia.

Saat mau menyeberang jalan aku sempat bertemu dengan Teh Aning.

"Eh Teh Aning, Assalammualaikum wrwb. mau kemana ?"
"wa'alaikumsalam wrwb. Yah pulang dulu"
"Ohh .. ngapain"
"Mau mandi biar seger"
"O..acaranya dah mulai belum?"
"Belum, tapi sudah pada ngumpul tuh"
"Oh iyaa..ntar balik lagi kan. Sander kesana dulu yaa " kataku seraya terus melangkahkan kakiku yang agak gontai. Semangat atuh nder, tunjukkan keceriaanmu pada dunia, cobaku menghibur diri sepanjang perjalanan.

Di depan aula Lita FM, aku menemukan sekumpulan akhwat-akhwat rapih dengan jilbab yang macam-macam warnanya sedang asyik bercerita. Ada dua sosok yang kukenal disana. T'Azkia dan T'Eliza.

Setelah berbincang sedikit dengan mereka, aku langsung menuju ke atas. Ke sebuah ruang kecil dimana Harmoni Enterprise plus Forum Nasyid Indonesia bermarkas. Ada Kang Deden dan Kang Dudung disana. Kusapa akrab mereka, dan langsung duduk diatas sebuah kursi disebelah Kang Deden. Ruangan itu penuh dengan bungkusan-bungkusan makanan. Hidungku menangkap bau kue. Ah, godaan puasa nih. Glek. Perutku bergejolak, seakan berdemontrasi untuk segera diisi. Sabar atuh perut, kan lagi puasa.

"Oahm, ngantuk banget Kang Deden ya?" kataku tiba-tiba
"Eh iyya yah kenapa beberapa hari ini suka ngantuk yaa"
"Nggak tahu eui.. . Capek kali"

Kami terus bercerita. Dibawah sana, nasyid-nasyid bagus satu-satu mengalir. Terkadang akupun sekali-kali ikut bernyanyi mengikuti nasyid tersebut. Tentunya dengan suaraku yang termasuk kerenlah, paling tidak bagi diriku sendiri. saat Ashar, kami sholat di Masjid dekat jalan raya. Dan aku sudah melupakan rasa penatku.

Sepulang dari Masjid, ternyata area Stasion Radio Lita FM, sudah bertambah ramai. Aku menemukan pemandangan sekelompok anak-anak berbaju koko warna putih, dengan peci putihnya, rapih, sedang menuruni tangga. Sekitar 20-an anak, sedikit. Ada seorang lelaki dewasa yang berjanggut dengan koko putih juga mendampingi mereka. Itu pembinanya kayaknya, pikirku, dan anak-anak ini adalah anak-anak yatim yang berasal dari Soreang itu. Masih kecil-kecil juga paling umur 7 sampai 10 an. Sudah pada sekolah kayaknya.

Aku memperhatikan wajah anak-anak itu, ingin kutangkap ekpresi lucu dari wajah-wajah polos meka. Tapi, yang kutemui hanya sebuah ekspresi yang datar. Tapi, rasakeingin tahuan kutangkap dari wajah mereka.

"Eh ada anak-anak" celetukku saat berpapasan dengan kumpulan anak-anak itu "Eh, culik satu yuk" kataku lagi sambil tersenyum sambil iseng menyentuh kepala anak-anak yang kebetulan lewat dekatku.
"Ehehe ..culik aja.. " Kang Deden tertawa saja mendengar gurauanku.

Aku senyum-senyum saja

Sekitar jam setengah empat-an, acara mau mulai. Aku dan Kang Deden sudah bersiap-siap di deket panggungnya acara. Aku kebagian tugas untuk ngatur pembagian mic, istilah kerennya jadi Boys Band eh salah Mic Boy lah, gitu. Jadi siap-siap ngelihatin kalo ada yang perlu mic lebih atau dikurangi micnya, gitchu.

Acara dimulai, aku iseng melihat suasana dalam aula, dari pintu. Hmm disebelah belakang akhwat-akhwat, di sebelah depan ikhwan-ikhwannya plus anak-anak yatim. Ada seratus orang kali ya dalam aula ? nyampe nggak ya ? Mungkin juga kurang. Tapi aula yang tidak seberapa luas itu penuh. Di luar aula juga ada beberapa orang yang segan masuk, duduk dikursi-kursi yang disediakan.

Tiba saat penampilan Ummi Maktum voice, aku harus menuntun mereka nih ke panggung. Ih gerogi juga nih, dilihati ikhwan-ikhwan didalam apalagi sama akhwat-akhwat dibelakang. Tapi, dengan pedenya akhirnya kutuntun satu demi satu para personil ikhwan Ummi Maktum Voice, sementara Qari membantu yang Akhwatnya.

Ummi Maktum Voice melantunkan nasyid-nasyid terbaru mereka satu persatu. Nasyid-nasyid baru, belum ada dalam album keluaran mereka. Kayaknya untuk album terbaru. Nasyid pertama bernada Qasidah ala dangdut sedikit. Nasyid kedua, ala pop dengan sedikit balutan Jazz, apalagi ditambah permainan Saxophone di bagian tengah lagu. Nasyid ketiga, nasyid syahdu tentang Orang tua. Asyik juga mendengarkan lantunan mereka, apalagi dengan suara Nensi, personel akhwat UMV yang menyayat hati plus section pembacaan puisi oleh Kang Entang, lead vocal ikhwan UMV.

Setelah penampilan mereka, aku pun membantu menuntun mereka untuk kembali ke tempat semula. Tapi, ternyata mereka harus langsung pulang. Dan akupun dengan dibantu teman lain menuntun mereka ke dalam mobil. Sementara, di hatiku timbul rasa syukur atas karunia Allah yang memberiku pengihatan.

Tak sadar kemudian, saat ingin kembali ketempat, kudongakkan dan kudapati sosok Kang Hendra Mupla di lantai atas, kulemparkan senyum kepadanya sambil mengucap .. "Assalammualaikum !!!" sementara tangan kananku kuangkat ke sebelah muka dan telapak menghadap keatas . Ia balik tersenyum dan menjawab salamku. Ah Kang Hendra, andai engkau tahu. Ceile .. batinku mengatakan sesuatu.

Di atas panggung, ternyata sekitar 10-an orang anak-anak kecil sedang beraksi bernasyid yang dibarengi juga membacakan Al-Quran. Wah, hebat, hafal berjuz-juz Al-Quran eui. Aku saja yang sudah dewasa, hiii jadi malu pada diri sendiri. Eh anak yang paling ujung, yang lagi baca Al-Quran lucu tingkahnya pas ngebacain ayat-ayar Al-Quran. Tegang, tapi khas anak-anak. Aku senyum-senyum sendiri. Jadi pengen. Pikiran usilku melayang entah kemana.

Lalu, diarah lain kudapati tiga orang berbaju seragam, kostum koko biru dengan peci biru pula, kostum yang cantik, baru datang. Kusambut mereka, karena aku kebetulan mengenal dan cukup akrab dengan mereka. Apalagi dengan Pak Rudi yang semangatnya luarrr biasa. Ya mereka, adalah Pasukan BPM Singers, Be Proud As Moslem.

Ada kabar menarik dari mereka sich, membuat aku jadi mengerror sedikit. Katanya, namaku ada dalam koran Pikiran Rakyat. Hui .. otomatis aku jadi meng-aneh gini. (tuh kan ceritaku jadi meng-aneh juga). Dan benar, saat kudapatkan sebuah koran "PR" yang tergeletak di lantai. Kudapati sebuah artikel dibagian halaman tengahnya tertoreh dengan indah namaku, Sander. Yuhuu. Aku langsung cerita-cerita sambil senyam-senyum sama anak-anak FNI yang lain. Teman-teman lain pada senyum-senyum saja lihat tingkahku.

"Kok cuma satu paragraph sih, hiks" kataku berpura-pura kecewa, memancing kegaringan.
"Idiih" kata Teh Aning.

Mereka pada senyum-senyum aje.

Acara demi acara berlanjut. BpM Singers nampil, lalu Mupla pun tampil. Aku pun sempat berbincang-bincang dengan Akang-akang BPM Singers di muka markas FNI. So pasti, about nasyid. Banyak yang bisa kuambil pelajaran dari situ, setidaknya menjadi inspirasi buatku.

Agak lama kemudian, ternyata rasa aneh diperutku menyerang. Sekujur badanku jadi terasa nggak enak. Maagku kambuh kali nyak. Sekaligus juga rasa aneh menyergap di hatiku. Ceritanya, aku lagi gerogi. Aku tidak mengikuti lagi jalannya acara. Aku hanya menyepi sendiri di dalam markasnya FNI. Merenung. Mendengar lantunan nasyid-nasyid lebut dari tape. Sambil kadang-kadang mengikuti lantunannya. Ah kadang enak juga, tidak berada dalam keramaian. Apalagi kalau ada yang nemenin ngobrol. Hmmm nyam nyam nyam.

Aku bolak-balik saja dari lantai atas ke bawah. Lalu balik lagi ke atas kalo lagi nganggur. Sempat ketika aku berada di dalam Markasnya FNI Bandung, ada dua orang anak berdiri di muka pintu. Tampangnya menunjukkan rasa keingintahuan. Khas anak kecil. Melihatin kedalam.

"eh sudah kelas berapa nih?" tanyaku pada anak yang lebih kecil
"kelas tiga" jawabnya malu malu
"ohh kalo yang ini " tanyaku pada anak yang lebih tinggi sedikit dari yg pertama
"kelas satu" jawab dia
"lha .. kok gedean yang ini. yang kelas satu? wedeh. tinggal dimana ? Oh di asrama ya" tanyaku yang langsung kujawab sendiri. Dua anak itu manggut manggut saja
"Sekamar yaa ?"
"iyya" jawab anak yang kelas tiga
"eh kelas tiga apa? kelas tiga smp kaan ?" tanyaku yang langsung kujawab sendiri lagi. Setengah memaksa
"tidak, sd." jawab anak yang kelas tiga sd
"ahh smp, smp aja yaah" paksaku sambil tersenyum. memancing kegaringan.

Sementara anak kecil itu senyum-senyum saja, tauk senyum tauk kesel. Tauk deh, rupanya ada yang mencariku dibawah. Aku kebawah. Membantuin seksi konsumsi ngangkat-ngangkat.

Ah, selepas itu aku kembali keatas lagi. Menyendiri lagi. Tidak ada siapa-siapa kini. Ah coba anak-anak itu masih ada lagi. Dalam kesendirian, aku merenung. Menyelidiki kesetiap sudut ruangan itu. Tak tahu lagi mencari apa. Dibawah, sayup sayup ku dengar acara talk show sedang berlansung. sedang tak bergairah untuk mengikuti.

Kini, sudah dekat waktu berbuka. Aku pun turun ke bawah dan mengambil tempat duduk agak jauh di depan dua orang anak-anak akhwat. Sekitar 10 tahunan umur mereka. Mereka kadang memperhatikan diriku. Daku geer. Ah tapi cuek saja. Pak Ustaz lagi membaca do'a di dalam, kutangkupkan kedua telapak tanganku ke muka. Ikut berdo'a. Ah, aku teringat ... apa yah ..sebuah pernyataan . Kalau berdo'a berjamaa'ah, jikalau ada salah satu orang saja didalam jama'ah itu yang membuat terijabah do'a, maka do'a pada kali itu akan terijabah. Aku pun berusaha do'a khusyuk, walaupun kadang terganggu dengan pemandangan lain.


Alhamdulillah, ceritanya sudah berbuka nih. Kunikmati manisnya es buah, lalu kuteruskan dengan membasahi kerongkonganku dengan MQ jernih versi gelas. Alhamdulillah, nikmatnya berbuka. Selepas itu sholat ke Masjid dekat jalan raya lagi.

"Wah, masih ada 5 shift lagi nih" celetukku dalam perjalanan menuju masjid
"ehehe .. " Kang Dedeng dan Kang Wahyu ketawa

Oh iya, daku dapat teman baru nih, namanya Kang Wahyu. Lumayan juga hari ini dapat teman baru eui.

Selepas sholat baru makan gede. Nasi kotak. Tapi, gejala maag ku menyerang, perutku agak mual, ingin muntah tapi tak bisa muntah, selera makanku menghilang. Aku mencoba menghabiskan setengah nasi kotakku. Tapi tidak sanggup. Sayang. Tapi, kumaha deui, teu nafsu eui.

Di dalam markas, ada Teh Azkia, Teh Aning, Kang Dudung, Kang Dudung, makan bareng. Wahh rame eui, akrab.

"Ah coba tambah rame lagi ada Kang Roni ya!" celetukku
"Iyya yah" kata Kang Deden
"Ihh sander ngomongin Kang Roni mulu" kata Teh Aning
"Yee, kan rindu" aku ngikik aja. Mencoba melupakan sakit di bagian perut.

"sander, bawa nih ayam." kata teh Aning
"ah kagak mau ah, nggak nafsu nih."
"yah kan buat dimakan nanti sahur"
"nggak ah, nggak mau bekas teh aning" kataku sambil nyengir
"ini punya Kang Deden lagi" katanya agak cemberut
"ooo .. .Tapi nggak nafsu ah, Pengen yang banyak !" aku mencoba memancing kegaringan lagi.

Jam 8 lewat, aku sudah berada di atas kasur di kostan ku yang kusayangi. Merebahkan diri, dan menikmati rasa penat yang menjalari sekujur tubuhku. Dengan tatapan sayu. Sambil menatap manja kepada lukman.

"Man ... urutin aku man. Capek banget " kataku dimanja-manjai kepada Lukman, teman sekostku.

Si Lukman , senyum -senyum aje. Ah, dasar lukman .. andai engkau tahu. Dan akupun terlelap tidur.

Ku tekan tombol bertuliskan redial di gagang telepon. Kutempelkan ke telinga. Tut tut tut tut tut tut tut. Bunyi yang khas itu. Ku tunggu bunyi lainnya dengan deg-degan. Hening. Lalu bunyi lain muncul. tuuuuut, tuutt.

"Halo Assalammualaikum wrwb".

Alhamdulillah, kata hatiku setelah menerima jawaban itu. Akhirnya masuk juga. Biasalah, aku harus bersaing dengan penelepon-penelpon lain yang ingin merequest nasyid di Radio MQ FM. Kebetulan pula, request in this hour, jadi suaraku akan langsung disiarkan on air. Dan siapapun yang membuka siaran MQ FM saat itu akan mendengar suara bagusku langsung.

"wa'alaikumsalam wrwb"
"Dengan sahabat siapa ?"

Pertanyaan sama yang selalu kudengar dari operatornya MQ FM.

"Dengan ..." aku berpikir sejenak "sander" jawabku. Ah tidak terpikir nama lain. Nama itu yang tersebut. Biasanya aku ingin menyamar.

"Mau nasyidnya apa ?"
"Eh ini request in this hour kan?" aku balik bertanya.
"Iyya, tapi nasyidnya apa ?"
"Ohh iyya .. Far-East ..yang ..mm.. Maafkan Teman"
"Baik, saya sambungkan yaa .. "

Sesaat kemudian, kudengar suara ruangan siar radio MQ Fm di balik telepon.

"Sepertinya sudah ada yang masuk nih" suara penyiar di seberang sana
"Assalammualaikum wrwb" lanjutnya
"wa'alaikumsalam warahmatullahi ta'ala wabarakaatuh" jawabku tersekat. Aku deg-degan. Suaraku bakal didengar orang banyak. Aku jadi gerogi.
"Dengan sahabat siapa ini? "
"dengan ...mm sander di Dago" jawabku masih agak tersekat.
"Oh sahabat sander di dago, apa kabarnya?"
"alhamdulillah sehat" lumayan sudah rileks.
"Mau nasyidnya apa nih sahabat sander ?" tanya penyiar.
"Mau minta Far-East yang judulnya Maafkan Teman."
"Salam silaturahmi untuk siapa nih ?"
"Salamnya buat ... " otakku berusaha memunculkan nama-nama yang kukenal. "Ajeng, Bang Chandra, Bang Hendra, ermm eh ini Teh Iin ya ?"
"Iyya"
"Oh iya buat Teh Iin, dan Kang Helmi ya operatornya"
"Ya"
"Iya buat Kang Helmi, terus buat temen-temen di Forum Nasyid Indonesia, Teh Aning, Teh Eliza, Kang Yanto, Kang Dudung, Qari, dan semua lah. Dan juga semua pendengar MQ aja"
"Itu saja ?"
"Yup. Terimakasih ya Teh. Diputarin nasyidnya Teh, wassalammualaikum wrwb"
"Baik, wa'alaikumsalam wrwb"

Kuletakkan gagan telepon sementara tangan kiriku menaikkan volume suara radio. Kudengar suara penyiar di balik sana.

"Baiklah sahabat MQ FM. Kita sahabat nasyid dari Far East berjudul Maafkan Teman yang dimintakan oleh Sahabat Sander di Dago. Selamat mendengarkan"

Lalu mengalunlah musik intro lagu Maafkan Teman-FarEast. Horee kata hatiku. Succes !Succes.

Kulihat sudut kanan bawah monitor komputerku. Angkanya menunjukkan jam 08.24. Ah, sudah lewat 24 menit, pikirku, apakah Ustaz lupa untuk menelponku jam 08.00. Hmm, mungkin Ustaz ada kegiatan lain, kutunggu beberapa menit lagi deh.

Kini, angka itu telah berganti menjadi 08.34. Telepon yang berplastik tembus pandang itu belum juga bereaksi apa-apa. Setidaknya mengeluarkan suara khasnya yang menunjukkan ada panggilan dari seberang sana.

Aku berinisiatif untuk menelpon saja. Kuangkat telepon itu dan menempelkan gagangnya ditelingaku. Ah bunyi yang bising. Kutekan tombol-tombol telepon merangkai kombinasi angka tertentu.

"Haloo .. " suara dari seberang sana. Suara wanita.
"Assalammualaikum .." kataku
"Wa'alaikumsalam " jawab diseberang sana
"Bisa berbicara dengan Pak Ali Nurdin ?" tanyaku
"Oh .. iya sebentar"

Sesaat kemudian telingaku menangkap suara teriakan dari dalam telepon, tapi terdengar jauh. Tapi aku bisa menangkap, teriakan itu untuk sebuah nama yang kusebut. Beberapa detik kemudian.

"ya, Assalammualaikum wrwb" di seberang sana bersuara
"wa'alaikumsalam wrwb, Pak Ustaz .. ini sander" sambutku
"Oo.. sander, tadi saya sudah menelepon ke handphone-nya Ivon, katanya mau ke rumah Ustaz saja ba'da Ashar."
"Oh begitu ya pak Ustaz. Eh iya, alamatnya sudah ada belum Pak Ustaz"
"Belum, saya tunjukkan ya .. "
"Oh iya Ustaz .. " jawabku sambil buru-buru meraih pensil yang terletak di lantai.
"Di depan terminal Cicaheum, ada nama jalan Jati Handap. Di depannya ada pangkalan ojek. Nanti masuk kesana lalu lurus, sampai ketemu Jalan Ibu Saodah di sebelah kanan. Belok kanan, lalu lurus saja. Lalu mentok dan belok kanan. Nanti ketemu Masjid Ash-Shof. Rumah Ustaz tepat di depan Masjid itu."
"Oh iya Pak Ustaz. Emm, Pak Ustaz kalau hari sekarang tidak kemana-mana ya dan nggak balik lagi ke Jakarta ya?"
"Ooo tidak, hari ini saya dirumah saja. Kalau ke Jakarta biasanya hari senin, pagi-pagi sekali"
"OOOh begitu, jadi tidak masalah kalau ketemu sore ya Pak ustaz. saya kira ke Jakarta sorenya. "
"Tidak" jawab di seberang sana.
"Ok Pak Ustaz, Insyaallah nanti ke rumah Pak Ustaz ba'da Ashar"
"Iya, terimakasih ya Sander"
"Yup, wassalammualaikum wrwb"
"wa'alaikumsalam wrwb"

Dan kuletakkan kembali gagang telepon yang cukup lama menempel ke telingaku itu.

mengharap cinta ...

hmmm ... sia-sia
aku masih tertegun akan rasaku
tercipta dari mahligai hatiku
termahkotakan oleh rasa egoku
dan aku masih mencari aku

Ah, abang yang seperti apakah itu. Yang rela memahami seorang adiknya. Hebat, kataku. Benar-benar mengharukan. Begini, dia sudah bekerja kantoran. Dan sebenarnya, sudah fix dengan kerjanya, tapi masih bermain musik dan menjadi produser, karena melihat adiknya sungguh berbakat di bidang musik tapi tidak ada teman. Sehingga ia rela menjadi teman buat adiknya dalam bermusik. Ah, simple tapi mengharukan menurutku.

Berpikir, aku tengah berpikir dan ingin menorehkan hasil pikiranku dalam sebuah tulisan. Cinta, rindu, syurga, Islam, ah semua kata-kata melintas di dalam pikiranku. Cahaya, cahaya. Aku bingung dan masih belum fokus apa yang ingin kutuliskan. Cinta, semua manusia perlu cinta. Ah mungkin itulah yang sedang membara-baranya didalam hati. Benar, membara, yang ianya siap mengorbankan apapun. Bergemuruh di dalam hatiku, menggoyangkan kekuatan akalku, meluluh lantahkan rasa keegoanku. Aku hanyut dilamun cinta. Cinta, cinta .. aku belum mendapatkannya. Aku masih ragu. Aku ingin merengkuhnya, mengeruknya, meminumnya dan menikmatinya. Sepuas hatiku. Aku belum puas, aku belum puas. Masih ada jarak, masih jauh, masih ada dinding, masih ada rasa malu, masih ada segan. Ah cinta, cinta, sebenarnya apa yang kurasakan ?

Aku bak seorang anak kecil yang ingin mencari tempat bermanja-manja sebanyak mungkin. Aku tengah mencari perhatian. Aku tengah mencari eksitensi kerpibadianku. Ah, mungkin. Aku tak ingin dewasa. Tapi dewasa adalah sebuah pilihan yang harus dipilih. Aku haus, aku lapar akan cinta, perhatian, kasih sayang, pelukan, kehangatan. Allah, mana cintaku padaMu ? Aku belum menumbuhkannya ..

Allah, seakan aku mengenang kembali detik-detik dimana aku mencintaiMu. Dalam sebuah kepenatan luar biasa, kuucap namaMu penuh cinta. Dalam sebuah kesepian dan kesendirian kubersujud padaMu penuh rasa cinta. Dalam sebuah ketakutan dan antara takut dan berani ku tapakkan kakiku jua ke sujudku dengan rasa Cinta. Dalam kegembiraan dan keharuanku pada sebuah nikmatMu, aku ucapkan syukur dengan rasa cinta. Ikhlas.

Tapi, itu tidak lama, itu tidak lama, dibandingkan masa hidupku, dibanding banyaknya nikmatmu. Itu hanya setitik buih di lautan yang luas. Allah, Allah, rasakan hadirMu bagiku. Amiin.

aduhh ...hari ini aku sakit kayaknya bib. mulainya dari tadi malem. kemaren di cimindi ngikutin acara buka bareng sama anak-anak yatim. capek banget. kepalaku pusing, maagku kambuh .. sahur saja aku nggak mood makan. buka kemarin juga, nggak habis nasinya. tapi sebelum ke cimindi , aku sudah merasa nggak enakan. ya puncaknya tadi malam. ahhh kalo lagi sakit .. pengen ada yang merhatiin eui .. jadi rindu .. :p

forget it aboout sakit .. sekarang juga agak mendingan sih ..

acara kemaren. hmmm ah aku kurang merasakan kebersamaan dgn anak-anak yatimnya. ah aku terlalu ego untuk mengungkapkan kesukaanku pada anak-anak. terlalu malu .. ah tidak. itu saja ..