Pukul 01.30 siang. Ah, ada rasa malas yang menyergapku. Merayuku untuk terus berbaring dan menutup mata di atas kasur empuk kesayangang. Lagipula rasa pusing di kepala dan rasa sedikit panas dingin yang menyelimuti sekujur tubuh juga seakan makin menggodaku untuk tidak pergi ke Cimindi. Tapi, rasa ketidakenakan bila tak datang ke acara itu memaksaku agar bangkit.

Ah, kadang kalau sudah begini aku memikirkan hal-hal yang menyenangkan bila pergi kesana. Yah, supaya membangkitkan semangatku. Seperti, di sana nanti aku bisa berjumpa dengan teman-teman FNI yang ceria, bisa silaturahmi bareng Mupla dan BPM Singers, bisa nonton aksi mereka, bisa makan gratis, dan ah barangkali Kang Roni dateng. Cihui.

Aku loncat dari atas kasur dengan segera, kutarik handuk merah yang tergantung di pintu kamar, dan masuk ke studio latihan nyanyiku, alias kamar mandi.

Beberapa menit kemudian aku sudah siap dan rapih. Dengan Baju dan celana panjang yang baru saja dicuci kemaren, pake deodorant yang anti keringat, pake minyak wangi anti alkoholnya Teddy, plus minyak rambut Gatsby yang bisa mengeraskan rambut. Klop, rapih, cakep deh. Kataku pada diri sendiri saat bergaya ala model di depan kaca, sambil senyum-senyum --yang manis-- sendiri. Siip. Siap berangkat nih.

Macet. Ah, aku merasa kesel dengan kemacetan ini, hatiku membatin saat sudah didalam angkot. Kuhabiskan waktu di dalam angkot dengan membaca buku saja. Tapi, kepalaku makin terasa pusing, dan meriang semakin terasa. Kurebahkan kepala dipunggung kursi angkot. Beruntung dapat kursi depan, jadi bisa malas-malasan untuk sekadar menutup mata.

Akhirnya, sampai juga di muka Jalan Budhi, tempat akan berlangsungnya acara "Buka Shaum Ceria bersama Anak-anak Yatim" gawean Majelis Taklim Harmoni dibantu Forum Silaturahmi Mupla dan Forum Nasyid Indonesia.

Saat mau menyeberang jalan aku sempat bertemu dengan Teh Aning.

"Eh Teh Aning, Assalammualaikum wrwb. mau kemana ?"
"wa'alaikumsalam wrwb. Yah pulang dulu"
"Ohh .. ngapain"
"Mau mandi biar seger"
"O..acaranya dah mulai belum?"
"Belum, tapi sudah pada ngumpul tuh"
"Oh iyaa..ntar balik lagi kan. Sander kesana dulu yaa " kataku seraya terus melangkahkan kakiku yang agak gontai. Semangat atuh nder, tunjukkan keceriaanmu pada dunia, cobaku menghibur diri sepanjang perjalanan.

Di depan aula Lita FM, aku menemukan sekumpulan akhwat-akhwat rapih dengan jilbab yang macam-macam warnanya sedang asyik bercerita. Ada dua sosok yang kukenal disana. T'Azkia dan T'Eliza.

Setelah berbincang sedikit dengan mereka, aku langsung menuju ke atas. Ke sebuah ruang kecil dimana Harmoni Enterprise plus Forum Nasyid Indonesia bermarkas. Ada Kang Deden dan Kang Dudung disana. Kusapa akrab mereka, dan langsung duduk diatas sebuah kursi disebelah Kang Deden. Ruangan itu penuh dengan bungkusan-bungkusan makanan. Hidungku menangkap bau kue. Ah, godaan puasa nih. Glek. Perutku bergejolak, seakan berdemontrasi untuk segera diisi. Sabar atuh perut, kan lagi puasa.

"Oahm, ngantuk banget Kang Deden ya?" kataku tiba-tiba
"Eh iyya yah kenapa beberapa hari ini suka ngantuk yaa"
"Nggak tahu eui.. . Capek kali"

Kami terus bercerita. Dibawah sana, nasyid-nasyid bagus satu-satu mengalir. Terkadang akupun sekali-kali ikut bernyanyi mengikuti nasyid tersebut. Tentunya dengan suaraku yang termasuk kerenlah, paling tidak bagi diriku sendiri. saat Ashar, kami sholat di Masjid dekat jalan raya. Dan aku sudah melupakan rasa penatku.

Sepulang dari Masjid, ternyata area Stasion Radio Lita FM, sudah bertambah ramai. Aku menemukan pemandangan sekelompok anak-anak berbaju koko warna putih, dengan peci putihnya, rapih, sedang menuruni tangga. Sekitar 20-an anak, sedikit. Ada seorang lelaki dewasa yang berjanggut dengan koko putih juga mendampingi mereka. Itu pembinanya kayaknya, pikirku, dan anak-anak ini adalah anak-anak yatim yang berasal dari Soreang itu. Masih kecil-kecil juga paling umur 7 sampai 10 an. Sudah pada sekolah kayaknya.

Aku memperhatikan wajah anak-anak itu, ingin kutangkap ekpresi lucu dari wajah-wajah polos meka. Tapi, yang kutemui hanya sebuah ekspresi yang datar. Tapi, rasakeingin tahuan kutangkap dari wajah mereka.

"Eh ada anak-anak" celetukku saat berpapasan dengan kumpulan anak-anak itu "Eh, culik satu yuk" kataku lagi sambil tersenyum sambil iseng menyentuh kepala anak-anak yang kebetulan lewat dekatku.
"Ehehe ..culik aja.. " Kang Deden tertawa saja mendengar gurauanku.

Aku senyum-senyum saja

Sekitar jam setengah empat-an, acara mau mulai. Aku dan Kang Deden sudah bersiap-siap di deket panggungnya acara. Aku kebagian tugas untuk ngatur pembagian mic, istilah kerennya jadi Boys Band eh salah Mic Boy lah, gitu. Jadi siap-siap ngelihatin kalo ada yang perlu mic lebih atau dikurangi micnya, gitchu.

Acara dimulai, aku iseng melihat suasana dalam aula, dari pintu. Hmm disebelah belakang akhwat-akhwat, di sebelah depan ikhwan-ikhwannya plus anak-anak yatim. Ada seratus orang kali ya dalam aula ? nyampe nggak ya ? Mungkin juga kurang. Tapi aula yang tidak seberapa luas itu penuh. Di luar aula juga ada beberapa orang yang segan masuk, duduk dikursi-kursi yang disediakan.

Tiba saat penampilan Ummi Maktum voice, aku harus menuntun mereka nih ke panggung. Ih gerogi juga nih, dilihati ikhwan-ikhwan didalam apalagi sama akhwat-akhwat dibelakang. Tapi, dengan pedenya akhirnya kutuntun satu demi satu para personil ikhwan Ummi Maktum Voice, sementara Qari membantu yang Akhwatnya.

Ummi Maktum Voice melantunkan nasyid-nasyid terbaru mereka satu persatu. Nasyid-nasyid baru, belum ada dalam album keluaran mereka. Kayaknya untuk album terbaru. Nasyid pertama bernada Qasidah ala dangdut sedikit. Nasyid kedua, ala pop dengan sedikit balutan Jazz, apalagi ditambah permainan Saxophone di bagian tengah lagu. Nasyid ketiga, nasyid syahdu tentang Orang tua. Asyik juga mendengarkan lantunan mereka, apalagi dengan suara Nensi, personel akhwat UMV yang menyayat hati plus section pembacaan puisi oleh Kang Entang, lead vocal ikhwan UMV.

Setelah penampilan mereka, aku pun membantu menuntun mereka untuk kembali ke tempat semula. Tapi, ternyata mereka harus langsung pulang. Dan akupun dengan dibantu teman lain menuntun mereka ke dalam mobil. Sementara, di hatiku timbul rasa syukur atas karunia Allah yang memberiku pengihatan.

Tak sadar kemudian, saat ingin kembali ketempat, kudongakkan dan kudapati sosok Kang Hendra Mupla di lantai atas, kulemparkan senyum kepadanya sambil mengucap .. "Assalammualaikum !!!" sementara tangan kananku kuangkat ke sebelah muka dan telapak menghadap keatas . Ia balik tersenyum dan menjawab salamku. Ah Kang Hendra, andai engkau tahu. Ceile .. batinku mengatakan sesuatu.

Di atas panggung, ternyata sekitar 10-an orang anak-anak kecil sedang beraksi bernasyid yang dibarengi juga membacakan Al-Quran. Wah, hebat, hafal berjuz-juz Al-Quran eui. Aku saja yang sudah dewasa, hiii jadi malu pada diri sendiri. Eh anak yang paling ujung, yang lagi baca Al-Quran lucu tingkahnya pas ngebacain ayat-ayar Al-Quran. Tegang, tapi khas anak-anak. Aku senyum-senyum sendiri. Jadi pengen. Pikiran usilku melayang entah kemana.

Lalu, diarah lain kudapati tiga orang berbaju seragam, kostum koko biru dengan peci biru pula, kostum yang cantik, baru datang. Kusambut mereka, karena aku kebetulan mengenal dan cukup akrab dengan mereka. Apalagi dengan Pak Rudi yang semangatnya luarrr biasa. Ya mereka, adalah Pasukan BPM Singers, Be Proud As Moslem.

Ada kabar menarik dari mereka sich, membuat aku jadi mengerror sedikit. Katanya, namaku ada dalam koran Pikiran Rakyat. Hui .. otomatis aku jadi meng-aneh gini. (tuh kan ceritaku jadi meng-aneh juga). Dan benar, saat kudapatkan sebuah koran "PR" yang tergeletak di lantai. Kudapati sebuah artikel dibagian halaman tengahnya tertoreh dengan indah namaku, Sander. Yuhuu. Aku langsung cerita-cerita sambil senyam-senyum sama anak-anak FNI yang lain. Teman-teman lain pada senyum-senyum saja lihat tingkahku.

"Kok cuma satu paragraph sih, hiks" kataku berpura-pura kecewa, memancing kegaringan.
"Idiih" kata Teh Aning.

Mereka pada senyum-senyum aje.

Acara demi acara berlanjut. BpM Singers nampil, lalu Mupla pun tampil. Aku pun sempat berbincang-bincang dengan Akang-akang BPM Singers di muka markas FNI. So pasti, about nasyid. Banyak yang bisa kuambil pelajaran dari situ, setidaknya menjadi inspirasi buatku.

Agak lama kemudian, ternyata rasa aneh diperutku menyerang. Sekujur badanku jadi terasa nggak enak. Maagku kambuh kali nyak. Sekaligus juga rasa aneh menyergap di hatiku. Ceritanya, aku lagi gerogi. Aku tidak mengikuti lagi jalannya acara. Aku hanya menyepi sendiri di dalam markasnya FNI. Merenung. Mendengar lantunan nasyid-nasyid lebut dari tape. Sambil kadang-kadang mengikuti lantunannya. Ah kadang enak juga, tidak berada dalam keramaian. Apalagi kalau ada yang nemenin ngobrol. Hmmm nyam nyam nyam.

Aku bolak-balik saja dari lantai atas ke bawah. Lalu balik lagi ke atas kalo lagi nganggur. Sempat ketika aku berada di dalam Markasnya FNI Bandung, ada dua orang anak berdiri di muka pintu. Tampangnya menunjukkan rasa keingintahuan. Khas anak kecil. Melihatin kedalam.

"eh sudah kelas berapa nih?" tanyaku pada anak yang lebih kecil
"kelas tiga" jawabnya malu malu
"ohh kalo yang ini " tanyaku pada anak yang lebih tinggi sedikit dari yg pertama
"kelas satu" jawab dia
"lha .. kok gedean yang ini. yang kelas satu? wedeh. tinggal dimana ? Oh di asrama ya" tanyaku yang langsung kujawab sendiri. Dua anak itu manggut manggut saja
"Sekamar yaa ?"
"iyya" jawab anak yang kelas tiga
"eh kelas tiga apa? kelas tiga smp kaan ?" tanyaku yang langsung kujawab sendiri lagi. Setengah memaksa
"tidak, sd." jawab anak yang kelas tiga sd
"ahh smp, smp aja yaah" paksaku sambil tersenyum. memancing kegaringan.

Sementara anak kecil itu senyum-senyum saja, tauk senyum tauk kesel. Tauk deh, rupanya ada yang mencariku dibawah. Aku kebawah. Membantuin seksi konsumsi ngangkat-ngangkat.

Ah, selepas itu aku kembali keatas lagi. Menyendiri lagi. Tidak ada siapa-siapa kini. Ah coba anak-anak itu masih ada lagi. Dalam kesendirian, aku merenung. Menyelidiki kesetiap sudut ruangan itu. Tak tahu lagi mencari apa. Dibawah, sayup sayup ku dengar acara talk show sedang berlansung. sedang tak bergairah untuk mengikuti.

Kini, sudah dekat waktu berbuka. Aku pun turun ke bawah dan mengambil tempat duduk agak jauh di depan dua orang anak-anak akhwat. Sekitar 10 tahunan umur mereka. Mereka kadang memperhatikan diriku. Daku geer. Ah tapi cuek saja. Pak Ustaz lagi membaca do'a di dalam, kutangkupkan kedua telapak tanganku ke muka. Ikut berdo'a. Ah, aku teringat ... apa yah ..sebuah pernyataan . Kalau berdo'a berjamaa'ah, jikalau ada salah satu orang saja didalam jama'ah itu yang membuat terijabah do'a, maka do'a pada kali itu akan terijabah. Aku pun berusaha do'a khusyuk, walaupun kadang terganggu dengan pemandangan lain.


Alhamdulillah, ceritanya sudah berbuka nih. Kunikmati manisnya es buah, lalu kuteruskan dengan membasahi kerongkonganku dengan MQ jernih versi gelas. Alhamdulillah, nikmatnya berbuka. Selepas itu sholat ke Masjid dekat jalan raya lagi.

"Wah, masih ada 5 shift lagi nih" celetukku dalam perjalanan menuju masjid
"ehehe .. " Kang Dedeng dan Kang Wahyu ketawa

Oh iya, daku dapat teman baru nih, namanya Kang Wahyu. Lumayan juga hari ini dapat teman baru eui.

Selepas sholat baru makan gede. Nasi kotak. Tapi, gejala maag ku menyerang, perutku agak mual, ingin muntah tapi tak bisa muntah, selera makanku menghilang. Aku mencoba menghabiskan setengah nasi kotakku. Tapi tidak sanggup. Sayang. Tapi, kumaha deui, teu nafsu eui.

Di dalam markas, ada Teh Azkia, Teh Aning, Kang Dudung, Kang Dudung, makan bareng. Wahh rame eui, akrab.

"Ah coba tambah rame lagi ada Kang Roni ya!" celetukku
"Iyya yah" kata Kang Deden
"Ihh sander ngomongin Kang Roni mulu" kata Teh Aning
"Yee, kan rindu" aku ngikik aja. Mencoba melupakan sakit di bagian perut.

"sander, bawa nih ayam." kata teh Aning
"ah kagak mau ah, nggak nafsu nih."
"yah kan buat dimakan nanti sahur"
"nggak ah, nggak mau bekas teh aning" kataku sambil nyengir
"ini punya Kang Deden lagi" katanya agak cemberut
"ooo .. .Tapi nggak nafsu ah, Pengen yang banyak !" aku mencoba memancing kegaringan lagi.

Jam 8 lewat, aku sudah berada di atas kasur di kostan ku yang kusayangi. Merebahkan diri, dan menikmati rasa penat yang menjalari sekujur tubuhku. Dengan tatapan sayu. Sambil menatap manja kepada lukman.

"Man ... urutin aku man. Capek banget " kataku dimanja-manjai kepada Lukman, teman sekostku.

Si Lukman , senyum -senyum aje. Ah, dasar lukman .. andai engkau tahu. Dan akupun terlelap tidur.

0 comments: